“Kami menggoyakan langit, menggempakan bumi, dan menggelorakan samudera agar tidak jadi bangsa yang hidup hanya dari 2 ½ sen sehari. Bangsa yang keras, bukan bangsa tempe, bukan bangsa yang menderita demi pemblian cita-cita” (Soekarno)
Indonesia memang pernah keluar dari PBB. Pada saat itu Soekarno ngotot, hingga akhirnya Indonesai keluar dari PBB. Beliau memang sosok pemberani dan berwibawa. Beliau tidak pandang bulu terhadap siapapun yang mencoba merendahkan martabat bangsa Indonesia.
“Inggris kita linggis! Amerika kita setrika!”, atau “Go to hell with your aid” yang ditujukan
kepada Amerika.
“Malaysia kita ganyang. Hajar cecunguk Malayan itu! Pukul dan sikat jangan sampai tanah dan udara kita diinjak-injak oleh Malaysian keparat itu”
Itulah beberapa kalimat yang tercatat oleh sejarah pernah diucapkan oleh Soekarno terkait
negara-negara yang berusaha bertindak tidak semestinya terhadap Indonesia.
Lantas, apa alasan Indonesia keluar dari PBB ?
1. Terkait
tentang kedudukan PBB di Amerika Serikat. Bung
Karno mengkritik, dalam suasana perang dingin Amerika Serikat dan Uni Sovyet lengkap dengan perang urat syaraf yang terjadi, maka tidak
sepatutnya markas PBB justru berada di
salah satu negara pelaku perang
dingin
tersebut. Bung Karno mengusulkan agar PBB bermarkas di Jenewa, atau di Asia, Afrika, atau daerah netral lain di luar blok Amerika dan
Sovyet.
Sovyet.
2. PBB yang lahir pasca perang dunia kedua,
dimaksudkan untuk bisa menyelesaikan pertikaian antar negara secara cepat dan
menentukan. Akan tetapi yang terjadi justru PBB selalu tegang dan lamban dalam
menyikapi konflik antar negara. Indonesia mengalami dua kali, yakni saat
pembebasan Irian Barat, dan Malaysia. Dalam kedua
perkara itu, PBB tidak membawa penyelesaian, kecuali hanya menjadi medan
perdebatan. Selain itu, pasca perang dunia II, banyak negara baru, yang baru
saja terbebas dari penderitaan penjajahan, tetapi faktanya dalam piagam-piagam
yang dilahirkan maupun dalam preambule-nya, tidak pernah menyebut perkataan kolonialisme.
Singkatnya, PBB tidak menempatkan negara-negara yang baru merdeka secara
proporsional.
3. Organisasi dan keanggotaan Dewan Keamanan
mencerminkan peta ekonomi, militer dan kekuatan tahun 1945, tidak mencerminkan
bangkitnya negara-negara sosialis serta munculnya perkembangan cepat
kemerdekaan negara-negara di Asia dan Afrika. Mereka
tidak diakomodir karena hak veto hanya milik Amerika, Inggris, Rusia, Perancis,
dan Taiwan (sekarang diganti RRC). Kondisi yang
tidak aktual lagi, tetapi tidak ada satu orang pun yang berusaha bergerak
mengubahnya.
4. soal sekretariat yang selalu dipegang
kepala staf berkebangsaan Amerika. Tidak heran jika hasil kebijakannya banyak
mengakomodasi kepentingan Barat, setidaknya menggunakan sistem Barat. Bung
Karno tidak dapat menjunjung tinggi sistem itu dengan dasar, “Imperialisme dan
kolonialisme adalah anak kandung dari sistem Negara Barat. Seperti halnya
mayoritas anggota PBB, aku benci imperialisme dan aku jijik pada kolonialisme.
5. Soekarno menganggap PBB keblinger dengan menolak
perwakilan Cina, sementara di Dewan Keamanan duduk Taiwan yang tidak diakui
oleh Indonesia. Di mata Bung Karno, “Dengan mengesampingkan bangsa yang besar,
bangsa yang agung dan kuat dalam arti jumlah penduduk kebudayaan, kemampuan,
peninggalan kebudayaan kuno, suatu bangsa yang penuh kekuatan dan daya-ekonomi,
dengan mengesampingkan bangsa itu, maka PBB sangat melemahkan kekuatan dan
kemampuannya untuk berunding justru karena ia menolak keanggotaan bangsa yang
terbesar di dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar